Minggu, 30 November 2008

pelangi warna

Aku
Terasa terjebak
dalam pelangi warna
Yang tak terarah
Hingga akhirnya
Bingung Menjadi
Satu kata
Yang hampir abadi

Ya, saya termasuk orang yang labil penuh kebingungan dalam menentukan tujuan hidup. Padahal semuanya tergantung saya sendiri.

sinar atau tidak

Dia tak bersinar
Saat matahari tampak
Saat bintang ada
Saat sorot lampu berpendar
Saat lampu mobil bernyala kuning
saat kunang-kunang bercahaya

Dia bersinar
kala awan kelabu tutupi matahari
kala malam tak berbintang tiba
kala lampu padam

karena sejatinya
Dia tak mau mengusik yang telah bersinar
Dia hanya ingin
Menuntun yang gelap tuk dapatkan sinarnya

Minggu, 23 November 2008

dia dia

Dia
Banyak arti kata dia bagi saya.
Bisa dia ayah atau ibu saya
Bisa dia adik-adik saya
Bisa dia sahabat saya
Atau bahkan bisa dia satu orang spesial bagi saya
Yang jelas dia bagi saya adalah seseorang yang mewarnai kehidupan saya.
Turut membantu dalam pembentukan diri saya
Dan juga hadir dalam episode-episode kehidupan saya
Yang jelas dia adalah seseorang tempat saya berteduh disaat saya sedang bimbang dan kalut.
Dia
Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih pada dia.

Rabu, 19 November 2008

tanggung jawab layaknya debu

tanggung jawab itu seperti debu

mungkin sebesar zarrah

tak terbayang namun berarti

Ya, sebuah tanggung jawab bagi setiap orang mungkin antara ada dan tiada, masih dipenuhi dengan pro dan kontra. Terkadang saya melihat satu orang memikul sebuah tanggung jawab kemudian pergi membawanya dan akhirnya kembali dengan seonggok ucapan terima kasih. Tapi tidak jarang juga saya melihat satu atau mungkin dua bahkan tiga orang meletakkan sebuah tanggung jawab di lantai tak peduli dan tak melirik.

Sejujurnya saya bingung dengan hidup ini. Terkadang saya melihat satu sudut dipenuhi oleh banyak orang bahagia karena sebuah terima kasih yang kalau dilihat-lihat pun tidak tulus. Kadang saya melihat orang-orang yang tak puas dengan hanya terima kasih. Mereka meminta sesuatu lain yang menurut mereka lebih berarti. Namun, saya rasa itu masih lebih baik dibandingkan dengan sekian banyak orang yang memang tidak peduli dengan terima kasih atau sesuatu lain yang berharga, tapi juga sangat tidak peduli akan tanggung jawab yang ada pada dirinya. Bila tanggung jawab itu hanya menyangkut dirinya sendiri, saya rasa hal itu tidak perlu terlalu dipusingkan, tetapi jika sudah menyangkut kehidupan orang lain, apa pantas tidak dipusingkan?

Terlepas dari itu semua, sedihnya, saya juga bukan orang yang selalu menunaikan sebuah tanggung jawab. Entah karena lalai, entah karena malas, saya juga terkadang masih bingung. Namun, saya merasa saya akan selalu mencoba untuk mengindahkan sebuah tanggung jawab walaupun khilaf masih akan terjadi.

Saya, terinspirasi dari satu atau mungkin dua atau bahkan tiga orang yang meletakkan sebuah tanggung jawab berarti di perut bumi